Langsung ke konten utama

Ken dan Satrio

Perihal suka, diam-diam itu lebih bahagia. Pendam sendiri berkawan sepi pun tak apa-apa, asalkan setiap hari dapat melihatnya tertawa. Berguru pada masa lalu, beberapa rasa itu harus dipendam layaknya benalu. Saat masanya tiba, ia akan mekar dengan sendirinya. Entah kapanpun itu, tak perlu 
menunggu, ini hanya tentang waktu.

Tak ada yang salah dengan diam-diam. Kugy menyukai Keenan diam-diam, Nata juga menyukai Niki diam-diam, pun awalnya Dilan menyukai Milea diam-diam, begitu juga dengan Hakan Karim menyukai Sri Ningsih diam-diam. Mereka entah nyata adanya, namun semuanya berakhir dengan bahagia, bukan?

Tak ada istimewa dihari minggu, selain berbaring menikmati langit yang sejak pagi menjadi kelabu. Burung-burung tak berlalu-lalang, kendaraan tak banyak yang berseliweran. Hanya riuh gema petir yang sejak tadi menyambar-nyambar. Wanita itu duduk termangu sembari membaca novel setebal 512 halaman. Tak ada hal menarik lain yang perlu ia lakukan. Minggu pagi hujan, ada kemungkinan matahari muncul paling petang, , cucian masih berantakan, besok jadwal ujian, belum lagi ada fotokopian. Itulah segelintir derita anak sekolah menengah atas tingkat akhir.
Ken, sapaannya. Wanita berhijab bertubuh gempal dengan hidung minimalis. Mempunyai sedikit trauma tentang pria, tentang kisah cinta sebelumnya. Dia banyak berbicara tetapi diam ketika menghadapi matematika. Dia pemalas, banyak pula yang tidak suka padanya. Hobinya hanya sekitar membaca novel, makan dan bercerita. Mempunyai dua teman baik yang bersedia berteman baik dengannya.

Kisahnya bermula ketika ia berkawan baik dengan masa lalu. Satu tahun lalu tepatnya, entah bagaimana awalnya, pria itu tiba-tiba berbaikan dengan ken. Ken yang saat itu masih tersakiti oleh kakak tingkatnya ternyata didatangi kembali oleh Rio, masa lalunya empat tahun lalu. Tak disangka hari-hari berlalu, mereka berdua berkawan baik. Ken dengan kebiasaan murungnya menatap kakak tingkat yang terus melangkah pergi, dan rio dengan kebiasaan biasanya menceritakan tentang kekasihnya.

Seiring berjalannya waktu, mereka sering bertukar cerita, berjuta-juta cerita tepatnya. Dari mulai cerita kakak tingkat hingga impian-impian yang hampir sama diantara keduanya. Kebiasaan itu berjalan satu minggu dua kali, entah itu lewat pesan singkat ataupun bertukar cerita langsung ketika ada waktu luang. Mereka tidak kelihatan seperti sepasang masa lalu yang berkawan baik, mereka lebih dikenal sebagai kawan yang saling menemukan karena terpaut organisasi. Hanya beberapa orang yang mengetahui tentang kenangan masa lalu mereka. Dan itulah sisi baiknya.

Tingkat dua ken, ia habiskan dengan bertukar cerita bersama Rio. Yang tadinya hanya satu minggu dua kali, beralih menjadi satu minggu empat kali. Tak disangka, rio malah membuat perasaan ken menjadi nyaman. Ia seakan menemukan kembali sosok rio empat tahun lalu. Keterlaluan memang untuk ukuran ken yang jelas sebagai masa lalunya dan rio yang mempunyai seorang kekasih. Tapi apa daya, mereka sudah sama-sama terjebak dalam zona nyaman sebagai kawan baik jika dipaksa untuk saling melepaskan.

Sampai akhirnya, dipenghujung tingkat dua, keduanya memutuskan untuk berhenti saling bertukar cerita. Ken mulai menjaga jarak, ia tak ingin terbodohi dengan rasa nyaman yang berlebih, mengingat pria itu memang memiliki kekasih. Rio pun akhirnya mulai berbeda, ketika ken mengirimnya pesan singkat, rio membalas sekenanya, dua jam, tiga jam, empat jam kemudian, bahkan bisa jadi ia membalas pada keesokan harinya. Selepas itu, mereka bisu kembali. Dan akhirnya, ken dan rio tak pernah bertukar pesan singkat, mereka hanya saling bertegur sapa jika kebetulan bertemu saja.

Awalnya, ken menganggap semuanya biasa-biasa saja, mengalir apa adanya, layaknya kawan baik yang sudah lama tak berjumpa lalu menghilang begitu saja. Tetapi, ketika ken merasa terlalu rapuh, orang yang pertama kali muncul dalam benaknya hanyalah rio. Ia tak bisa membayangkan betapa beberapa bulan lalu pria itu selalu menjadi orang pertama yang diberitahu tentang kabar nanarnya. Betapa rio selalu memberikan semangat bagi duka citanya, betapa rio selalu memberikan celoteh-celoteh menyenangkan ketika ia berada disisinya. Betapa masa lalunya itu memberi pengaruh besar bagi senyumannya beberapa bulan ini. Disisi lain, ken juga sadar diri bahwa rio telah memiliki kekasih yang begitu ia sayangi.

Ken sadar, bahwa rasa yang tumbuh kembali itu sama seperti rasa-nya empat tahun lalu, ketika mereka masih lucu-lucunya. Dan itu tak wajar, sangat tak wajar. Ken harus menahannya, terus menahannya, hingga lama kelamaan terlepas lalu hilang.

Minggu pagi yang mendung itu pun berlalu, seperti yang telah diperkirakan, petang ini matahari muncul. Dengan perasaan yang sama, delapan bulan berlalu. Ken akhirnya menjadi seorang pemendam rasa yang baik. Ia mampu menahan perasaannya yang tak kunjung menghilang. Ia selalu berusaha tak memperdulikan pria berparas tampan itu lagi. Hanya melihatnya tersenyum dengan kekasihnya atau melihatnya baik-baik saja, itu sudah cukup bagi ken. Entah sampai kapan ia akan memendam, waktu tak perlu berpihak padanya. Membuatnya menjauh dari kehidupan ken dimasa yang akan datang, itulah harapannya. Terimakasih untuk lima tahun yang mengagumkan.



Ken dan satrio.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perih

Hai 6 September! Ka. Ka, aku jatuh tadi. Sakit sekali. Lebih sakit dari yang aku bayangkan. Sampai-sampai aku betul-betul tidak bisa berjalan hari ini. Lalu kaka tadi kemana? Aku melihat kaka ada di depan mataku tadi. Aku melihat kaka sewaktu aku kesakitan tadi. Aku menyadari kehadiran hangat kaka tadi. Banyak mereka yang memperdulikan aku. Tapi kamu? Apa pedulimu? Hanya bisa berbicara 'mengapa' lalu pergi meninggalkanku begitu saja? Tanpa memberiku nafas untuk menjawab perkataanmu tadi? Seperti itukah? Dimana letak pedulimu dahulu? Tak bisakah kaka menyemangatiku seperti dahulu? Tak bisakah sekejap saja kaka menemani hari burukku seperti dahulu? Tak bisakah? Sejahat itukah? Masih nyata sekali di pikiranku ketika aku jatuh lalu kaka membangunkanku dengan kata 'lekas sembuh' ! Masih nyata sekali ketika kaka bicara 'kamunya sembuh dulu, baru kaka kasih tau' ! Semuanya masih terlihat sangat nyata. Lalu sekarang? Ketika aku kesakitan tepat dihadapanmu, apa reaks

Sore tadi, tuan.

Jika suatu saat aku mengayuh sepeda, lalu kau berdampingan denganku, itu hanya mimpi. Kau, satu-satunya pria yang kuberi tahu tentang bagaimana tragedi selang infus dan oxygen itu -aku tiba-tiba mempercayaimu. Aku pikir kau memang khawatir, ternyata ilusi ini terlalu tinggi. Aku hanya teman, bagimu. Ya, memang kita teman. Terkadang, memendam itu bukanlah cara yang baik untuk menyatakan cinta. Dia malah akan membuat lebih banyak duka yang tak diduga-duga. Mungkin, perihal beberapa orang yang sukses memendam rasa, hanya 10% dari total 1000% yang berhasil membuat dia berbalik padanya. Berbeda denganku, terlalu mustahil; pun dia menginginkanku. Permen karet. Ya, permen karet. Perasaanku seperti itu, sebelum segalanya berubah layaknya bedebah, mengaku kalau kau sudah memiliki wanita. Ketika aku sedang manis-manisnya memendam rasa, lalu tiba-tiba kenyataan menampakkan kau dengannya. Rasanya langsung sirna, hambar, ingin aku membuangnya begitu saja. Tapi nyatanya tak bisa. Itulah. Ini

Tiktok

Hai 19 Agustus! Tak terasa 1 tahun berlalu. Banyak kenangan-kenangan manis terjadi pada 1 tahun ini. Tak menyangka akhirnya akan sepahit ini. Yang awalnya hanya lelucon, berakhir menjadi kenyataan yang serius. Menyedihkan memang ketika berakhir pada kisah pilu yang cukup menyesakkan dada. Sedih, bahagia, kecewa, menangis, tertawa. Terbiasa akan hal tersebut sampai-sampai lupa bagaimana cara membedakan antara sedih, bahagia, kecewa, menangis itu bagaimana. Lucu! Itu kata pertama yang harus aku ucapkan ketika aku akan menilik kembali kisah kamu 1 tahun yang lalu. Sedih! Kata kedua setelah aku mengenal kamu. Jujur aku terlalu sedih saat ini ketika otakku memaksa untuk mengingat kamu. Terlalu banyak kenangan yang telah kita ukir. Namun akhirnya tidak ada satu pun kenangan kamu di benakku yang harus ku ingat. Semuanya harus ku lupakan. Harus ku buang jauh-jauh hingga aku tak boleh lagi mengenang satu kenangan pun tentang kamu. Kecewa! Kata ketiga yang benar-benar mewakili perasaanku. Ini