Perihal suka, diam-diam itu lebih bahagia. Pendam sendiri
berkawan sepi pun tak apa-apa, asalkan setiap hari dapat melihatnya tertawa.
Berguru pada masa lalu, beberapa rasa itu harus dipendam layaknya benalu. Saat
masanya tiba, ia akan mekar dengan sendirinya. Entah kapanpun itu, tak perlu
menunggu, ini hanya tentang waktu.
Tak ada yang salah dengan diam-diam. Kugy menyukai Keenan
diam-diam, Nata juga menyukai Niki diam-diam, pun awalnya Dilan menyukai Milea
diam-diam, begitu juga dengan Hakan Karim menyukai Sri Ningsih diam-diam. Mereka
entah nyata adanya, namun semuanya berakhir dengan bahagia, bukan?
Tak ada istimewa dihari minggu, selain berbaring menikmati
langit yang sejak pagi menjadi kelabu. Burung-burung tak berlalu-lalang,
kendaraan tak banyak yang berseliweran. Hanya riuh gema petir yang sejak tadi
menyambar-nyambar. Wanita itu duduk termangu sembari membaca novel setebal 512
halaman. Tak ada hal menarik lain yang perlu ia lakukan. Minggu pagi hujan, ada
kemungkinan matahari muncul paling petang, , cucian masih berantakan, besok
jadwal ujian, belum lagi ada fotokopian. Itulah segelintir derita anak sekolah
menengah atas tingkat akhir.
Ken, sapaannya. Wanita berhijab bertubuh gempal dengan
hidung minimalis. Mempunyai sedikit trauma tentang pria, tentang kisah cinta
sebelumnya. Dia banyak berbicara tetapi diam ketika menghadapi matematika. Dia
pemalas, banyak pula yang tidak suka padanya. Hobinya hanya sekitar membaca
novel, makan dan bercerita. Mempunyai dua teman baik yang bersedia berteman
baik dengannya.
Kisahnya bermula ketika ia berkawan baik dengan masa lalu.
Satu tahun lalu tepatnya, entah bagaimana awalnya, pria itu tiba-tiba berbaikan
dengan ken. Ken yang saat itu masih tersakiti oleh kakak tingkatnya ternyata
didatangi kembali oleh Rio, masa lalunya empat tahun lalu. Tak disangka
hari-hari berlalu, mereka berdua berkawan baik. Ken dengan kebiasaan murungnya
menatap kakak tingkat yang terus melangkah pergi, dan rio dengan kebiasaan
biasanya menceritakan tentang kekasihnya.
Seiring berjalannya waktu, mereka sering bertukar cerita,
berjuta-juta cerita tepatnya. Dari mulai cerita kakak tingkat hingga
impian-impian yang hampir sama diantara keduanya. Kebiasaan itu berjalan satu
minggu dua kali, entah itu lewat pesan singkat ataupun bertukar cerita langsung
ketika ada waktu luang. Mereka tidak kelihatan seperti sepasang masa lalu yang
berkawan baik, mereka lebih dikenal sebagai kawan yang saling menemukan karena
terpaut organisasi. Hanya beberapa orang yang mengetahui tentang kenangan masa
lalu mereka. Dan itulah sisi baiknya.
Tingkat dua ken, ia habiskan dengan bertukar cerita bersama
Rio. Yang tadinya hanya satu minggu dua kali, beralih menjadi satu minggu empat
kali. Tak disangka, rio malah membuat perasaan ken menjadi nyaman. Ia seakan
menemukan kembali sosok rio empat tahun lalu. Keterlaluan memang untuk ukuran
ken yang jelas sebagai masa lalunya dan rio yang mempunyai seorang kekasih.
Tapi apa daya, mereka sudah sama-sama terjebak dalam zona nyaman sebagai kawan
baik jika dipaksa untuk saling melepaskan.
Sampai akhirnya, dipenghujung tingkat dua, keduanya
memutuskan untuk berhenti saling bertukar cerita. Ken mulai menjaga jarak, ia
tak ingin terbodohi dengan rasa nyaman yang berlebih, mengingat pria itu memang
memiliki kekasih. Rio pun akhirnya mulai berbeda, ketika ken mengirimnya pesan
singkat, rio membalas sekenanya, dua jam, tiga jam, empat jam kemudian, bahkan
bisa jadi ia membalas pada keesokan harinya. Selepas itu, mereka bisu kembali.
Dan akhirnya, ken dan rio tak pernah bertukar pesan singkat, mereka hanya
saling bertegur sapa jika kebetulan bertemu saja.
Awalnya, ken menganggap semuanya biasa-biasa saja, mengalir
apa adanya, layaknya kawan baik yang sudah lama tak berjumpa lalu menghilang
begitu saja. Tetapi, ketika ken merasa terlalu rapuh, orang yang pertama kali
muncul dalam benaknya hanyalah rio. Ia tak bisa membayangkan betapa beberapa
bulan lalu pria itu selalu menjadi orang pertama yang diberitahu tentang kabar
nanarnya. Betapa rio selalu memberikan semangat bagi duka citanya, betapa rio selalu
memberikan celoteh-celoteh menyenangkan ketika ia berada disisinya. Betapa masa
lalunya itu memberi pengaruh besar bagi senyumannya beberapa bulan ini. Disisi
lain, ken juga sadar diri bahwa rio telah memiliki kekasih yang begitu ia
sayangi.
Ken sadar, bahwa rasa yang tumbuh kembali itu sama seperti
rasa-nya empat tahun lalu, ketika mereka masih lucu-lucunya. Dan itu tak wajar,
sangat tak wajar. Ken harus menahannya, terus menahannya, hingga lama kelamaan
terlepas lalu hilang.
Minggu pagi yang mendung itu pun berlalu, seperti yang telah
diperkirakan, petang ini matahari muncul. Dengan perasaan yang sama, delapan
bulan berlalu. Ken akhirnya menjadi seorang pemendam rasa yang baik. Ia mampu
menahan perasaannya yang tak kunjung menghilang. Ia selalu berusaha tak
memperdulikan pria berparas tampan itu lagi. Hanya melihatnya tersenyum dengan
kekasihnya atau melihatnya baik-baik saja, itu sudah cukup bagi ken. Entah
sampai kapan ia akan memendam, waktu tak perlu berpihak padanya. Membuatnya
menjauh dari kehidupan ken dimasa yang akan datang, itulah harapannya.
Terimakasih untuk lima tahun yang mengagumkan.
Ken dan satrio.
Komentar
Posting Komentar