Langsung ke konten utama

Postingan

Macchiato

Macchiato Biru menutup diri hari ini, menyisakan gerimis yang terus menderu dimalam Juli. Tak mengelukan gerimis, kendaraan dijalan raya tetap beroperasi sebagaimana mestinya. Memenuhi setiap sudut jalan Antapani, yang remang-remang diisi kerlip-kerlip cahaya kendaraan dari kejauhan. Indah rasanya, terlebih ketika sebuah kedai kopi mengepulkan aroma khasnya untuk malam ini. Tak ada yang lebih menarik selain memandang kepulan uap macchiato yang masih hangat. Sesapan demi sesapan mereka tuangkan kedalam mulut perlahan. Ruangan tak seberapa luas itu kini sedikit lengang, hanya didapati beberapa kursi yang masih terisi. Sudut lantai dua, tempat dimana terpampang pria dan wanita sedang bercakap-cakap dalam riuh pikirannya masing-masing. Mulut mereka sengaja dikunci, seakan ada sekat tebal yang menghalangi untuk mereka sekadar berdiskusi. “Kau pasti punya penjelasan, bukan?” Serunya pada pria yang sejak tadi tak berani menatap kepadanya. Pria berkaus navy itu tak menjawab, h
Postingan terbaru

Retry I

Tahun ke-6 aku merindukanmu. Kau; seseorang yang selalu membuat senyumku tetiba merekah sedari dulu. Menaruh pandanganku untuk kesekian kalinya kepada orang yang sama, sama sekali tidak memperhatikanku. Sejak hatiku memiliki ruang-ruang tak berujung. Kaulah satu-satunya orang yang berani singgah menutup ruang-ruang hampa disana. Entah bagaimana caranya, walaupun saat ini kau tak nyata, kau masih hadir ketika kegusaranku tiba. Kaulah alasanku untuk melanjutkan rasa, setelah lama berlelah-lelah dengan hal memuakkan beratas namakan cinta. Aku selalu penasaran denganmu. Dengan tatapan matamu, dengan tingkah lakumu. Caramu menatap, caramu berbicara. Caramu menyampaikan cerita dengan begitu hebatnya. Kau itu lugu, terkadang. Apapun dibuat istimewa karenamu. Aku selalu suka caramu seperti itu.   Suaramu lembut, tak pernah kasar bahkan ketika berpamit akan meninggalkanku. Tatapanmu mempesona, membuat kesan tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya. Senyummu membuatku terpana, terbay

Ken dan Satrio

Perihal suka, diam-diam itu lebih bahagia. Pendam sendiri berkawan sepi pun tak apa-apa, asalkan setiap hari dapat melihatnya tertawa. Berguru pada masa lalu, beberapa rasa itu harus dipendam layaknya benalu. Saat masanya tiba, ia akan mekar dengan sendirinya. Entah kapanpun itu, tak perlu  menunggu, ini hanya tentang waktu. Tak ada yang salah dengan diam-diam. Kugy menyukai Keenan diam-diam, Nata juga menyukai Niki diam-diam, pun awalnya Dilan menyukai Milea diam-diam, begitu juga dengan Hakan Karim menyukai Sri Ningsih diam-diam. Mereka entah nyata adanya, namun semuanya berakhir dengan bahagia, bukan? Tak ada istimewa dihari minggu, selain berbaring menikmati langit yang sejak pagi menjadi kelabu. Burung-burung tak berlalu-lalang, kendaraan tak banyak yang berseliweran. Hanya riuh gema petir yang sejak tadi menyambar-nyambar. Wanita itu duduk termangu sembari membaca novel setebal 512 halaman. Tak ada hal menarik lain yang perlu ia lakukan. Minggu pagi hujan, ada kemungk

083

Pria manis yang tak mampu menunggu hujan, pergi bersama pelangi yang ingin buru-buru pergi. Kalian berdua serasi, prianya berkamuflase menjadi bintang terang nan jauh diujung sana, sedang wanitanya banyak membisu namun kelihatan sering merindu. Begitu katanya setelah kenyataan berbisik bahwa kalian tak lagi bersama. Perkenalkan, aku puan yang pernah sesekali kau pikirkan, aku disini menggeser posisi sebagai orang ketiga yang dahulunya adalah pemeran utama. Aku puan yang selama ini, selama satu tahun lamanya terjebak dalam dunia pengharapan tak kunjung usai. Melewati segalanya dengan tangisan memalukan sekaligus memilukan, demi sang bintang yang saat ini cahyanya mulai meredup, meredup seakan sedang meratapi sesuatu. Semoga tuan selalu bahagia dengan pilihannya. Semoga kau baik-baik saja disana. Jangan beritahu jika tuan masih disini, takutnya hati ini riuh kembali. Tetapi tenang saja, yang berkaitan denganmu sudah kusimpan rapi dalam palung imajinasi, ia akan terbuka kembali jika

Sore tadi, tuan.

Jika suatu saat aku mengayuh sepeda, lalu kau berdampingan denganku, itu hanya mimpi. Kau, satu-satunya pria yang kuberi tahu tentang bagaimana tragedi selang infus dan oxygen itu -aku tiba-tiba mempercayaimu. Aku pikir kau memang khawatir, ternyata ilusi ini terlalu tinggi. Aku hanya teman, bagimu. Ya, memang kita teman. Terkadang, memendam itu bukanlah cara yang baik untuk menyatakan cinta. Dia malah akan membuat lebih banyak duka yang tak diduga-duga. Mungkin, perihal beberapa orang yang sukses memendam rasa, hanya 10% dari total 1000% yang berhasil membuat dia berbalik padanya. Berbeda denganku, terlalu mustahil; pun dia menginginkanku. Permen karet. Ya, permen karet. Perasaanku seperti itu, sebelum segalanya berubah layaknya bedebah, mengaku kalau kau sudah memiliki wanita. Ketika aku sedang manis-manisnya memendam rasa, lalu tiba-tiba kenyataan menampakkan kau dengannya. Rasanya langsung sirna, hambar, ingin aku membuangnya begitu saja. Tapi nyatanya tak bisa. Itulah. Ini

Perih

Hai 6 September! Ka. Ka, aku jatuh tadi. Sakit sekali. Lebih sakit dari yang aku bayangkan. Sampai-sampai aku betul-betul tidak bisa berjalan hari ini. Lalu kaka tadi kemana? Aku melihat kaka ada di depan mataku tadi. Aku melihat kaka sewaktu aku kesakitan tadi. Aku menyadari kehadiran hangat kaka tadi. Banyak mereka yang memperdulikan aku. Tapi kamu? Apa pedulimu? Hanya bisa berbicara 'mengapa' lalu pergi meninggalkanku begitu saja? Tanpa memberiku nafas untuk menjawab perkataanmu tadi? Seperti itukah? Dimana letak pedulimu dahulu? Tak bisakah kaka menyemangatiku seperti dahulu? Tak bisakah sekejap saja kaka menemani hari burukku seperti dahulu? Tak bisakah? Sejahat itukah? Masih nyata sekali di pikiranku ketika aku jatuh lalu kaka membangunkanku dengan kata 'lekas sembuh' ! Masih nyata sekali ketika kaka bicara 'kamunya sembuh dulu, baru kaka kasih tau' ! Semuanya masih terlihat sangat nyata. Lalu sekarang? Ketika aku kesakitan tepat dihadapanmu, apa reaks

Tiktok

Hai 19 Agustus! Tak terasa 1 tahun berlalu. Banyak kenangan-kenangan manis terjadi pada 1 tahun ini. Tak menyangka akhirnya akan sepahit ini. Yang awalnya hanya lelucon, berakhir menjadi kenyataan yang serius. Menyedihkan memang ketika berakhir pada kisah pilu yang cukup menyesakkan dada. Sedih, bahagia, kecewa, menangis, tertawa. Terbiasa akan hal tersebut sampai-sampai lupa bagaimana cara membedakan antara sedih, bahagia, kecewa, menangis itu bagaimana. Lucu! Itu kata pertama yang harus aku ucapkan ketika aku akan menilik kembali kisah kamu 1 tahun yang lalu. Sedih! Kata kedua setelah aku mengenal kamu. Jujur aku terlalu sedih saat ini ketika otakku memaksa untuk mengingat kamu. Terlalu banyak kenangan yang telah kita ukir. Namun akhirnya tidak ada satu pun kenangan kamu di benakku yang harus ku ingat. Semuanya harus ku lupakan. Harus ku buang jauh-jauh hingga aku tak boleh lagi mengenang satu kenangan pun tentang kamu. Kecewa! Kata ketiga yang benar-benar mewakili perasaanku. Ini