Tahun ke-6 aku merindukanmu.
Kau; seseorang yang
selalu membuat senyumku tetiba merekah sedari dulu. Menaruh pandanganku untuk
kesekian kalinya kepada orang yang sama, sama sekali tidak memperhatikanku.
Sejak hatiku memiliki ruang-ruang tak berujung. Kaulah satu-satunya orang yang
berani singgah menutup ruang-ruang hampa disana. Entah bagaimana caranya,
walaupun saat ini kau tak nyata, kau masih hadir ketika kegusaranku tiba.
Kaulah alasanku untuk melanjutkan rasa, setelah lama berlelah-lelah dengan hal memuakkan beratas namakan cinta. Aku selalu penasaran denganmu. Dengan tatapan matamu, dengan tingkah lakumu. Caramu menatap, caramu berbicara. Caramu menyampaikan cerita dengan begitu hebatnya. Kau itu lugu, terkadang. Apapun dibuat istimewa karenamu. Aku selalu suka caramu seperti itu.
Suaramu lembut, tak pernah kasar bahkan ketika berpamit akan meninggalkanku. Tatapanmu mempesona, membuat kesan tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya. Senyummu membuatku terpana, terbayang-bayang setiap kali telah melihatnya. Kau tak pernah palsu, setidaknya untukku. Kau terlalu jujur perihal apapun itu, dan itu yang membuatku merindukanmu.
Tengoklah kebelakang sebentar saja, aku masih berdiri disana. Barangkali kau ingin kembali, aku masih disini. Aku rumahmu ketika kau ingin pulang. Aku rumahmu seperti yang kau katakana bertahun-tahun lalu. Aku peta-mu ketika kau kehilangan arah untuk kembali. Tetapi itu dulu, sebelum semuanya terkubur menjadi masa lalu.
Setelah sekian tahun kupaksakan kau hilang dari khayalanku. Kau ternyata masih baik-baik saja. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang selalu menjagamu. Dan maaf, ketika kau terjatuh aku tak pernah berusaha berada disampingmu. Aku hanya bisa menyembuhkanmu dari jauh dengan bantuan Tuhan yang menyayangimu.
Kau selalu membuatku berpikir bahwa kau masih nyata, sama seperti dahulu kala. Masih bersamaku, berada disampingku. Masih bertukar cerita denganku tentang masa depan yang indah itu, padahal sebetulnya kau sudah pergi meninggalkanku. Kau sampai tak tega melihatku bersedih
Re, orang pertama yang
membuatku memahami apa artinya cinta, sekaligus, orang pertama yang selalu
membuat senyumku merekah begitu saja. Kau yang perlahan mengubah duniaku. Kau
pun yang mengajari, untuk pertama kali, bagaimana rasanya ditinggalkan. Dan
kesalahan terbesarku; mengecewakanmu melebihi batas sabarmu, lalu kau
meninggalkanku.
Untukmu yang selalu membuatku
tersenyum diam-diam.
Bertukar cerita denganmu tak pernah
hambar, tak pernah membosankan, tak pernah kehilangan rasa. Manis ketika
seharusnya manis, pahit ketika seharusnya pahit. Aku selalu merindukan fotomu
ketika kau mengenakan baju putih, yang tertinggal dirumahku, ditahun ke 5 umur kita.
Retry;
24 September 2015.
Re.
Komentar
Posting Komentar